Sabtu, 23 April 2011

Nama : Nur Mahmudi Ismail S
Nim : 12096591
Kelas: 12.4J.07


Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan sebuah proses untuk mencapai tujuan bersama dengan menggunakan empat fungsi utama, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling yang didasari pada sumber daya yang dimiliki.
Jadi Manajemen Proyek adalah suatau perencanaan yang terstruktur dengan ketentuan – ketentuan tertentu,untuk mencapai suatu tujuan yang jelas,dan dalam waktu yang telah ditentukan.

PENGERTIAN PROYEK

• Manajemen proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan secara kongkrit serta harus diselesaikan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang terbatas dan begitu kompleks sehingga dibutuhkan pengelolaan dan kerjasama yang berbeda dari yang biasanya digunakan.

• Menurut DI Cleland dan Wr. King (1987)
Proyek merupakan gabungan dari berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi sementara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

• Proyek pun memiliki karakteristik, yaitu sebagai berikut:
- mempunyai tujuan yang jelas, menuju atau membuat prubahan,atau pun produk baru,
- semua kegiatannya di batasi waktu yang telah ditentukan, sifatnya sementara, dan diketahui kapan waktu mulai dan berakhirnya suatu proyek.
- pengerjaanya di batasi oleh waktu,biaya,atau budget, dan juga kualitas
- biasanya tidak berulang-ulang
- memerlukan struktur organisasi temporari

MANAJEMEN PROYEK

Manajemen proyek merupakan suatu usaha merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengawasi kegiatan dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal waktu dan anggaran yang telah ditetapkan.
Alasan pemilihan manajemen proyek adalah :
1. Tingkat kesulitan dalam tugas-tugas yang diperintahkan meningkat.
2. Cepatnya perkembangan teori maupun praktek.
3. Biaya meningkat, lamanya bisa dipakai suatu barang menurun dan hilangnya nilai suatu barang.
4. Risiko-risiko dan biaya-biaya proyek di masa datang dapat turun.
Manajemen sebuah proyek harus dipandang sebagai sebuah pekerjaan sekali waktu. Sedangkan kata “proyek” bermakna sebuah pekerjaan besar yang sangat besar kemungkinannya tidak terulang pada jangka waktu tertentu dimasa depan. Suatu kesalahan akan sangat mahal, sehingga sangat diinginkan untuk melaksanakan tahap demi tahap tanpa kesalahan. Ini sangat kontras dengan manajemen produksi di mana Anda punya banyak kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan seperti rancangan, segi-segi operasi produksi, pada waktu produksi berikutnya. Artinya manajemen produksi bersifat repetitif (berulang), sedangkan manajemen proyek adalah sekali saja, khusus untuk suatu proyek.

Sebelum kita mengetahui apa pengertian dari manajemen proyek ,terlebih kita mengetahui pengertian dari proyek, dan pengertian manajemen itu sendiri. Karna menurut sumber yang saya baca manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu proyek dan manajemen.
NAMA :ELVINSYAH ARMANA T
NIM :12096607
KELAS :12.4J.07

Manajemen Strategis-Proses Perencanaan Strategis

Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direktur dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
A. Proses Perencanaan Srategis
Model diagram alur proses perencanaan strategis
1. MISI
Sebuah misi perusahaan adalah alasan keberadaan. Misi sering diungkapkan dalam pernyataan misi, yang menyampaikan rasa tujuan proyek kepada karyawan dan citra perusahaan kepada pelanggan. Dalam perumusan proses strategi, pernyataan misi merupakan suasana hati perusahaan kemana harus pergi
2. TUJUAN
Tujuan adalah tujuan konkret organisasi berusaha untuk mencapainya, misalnya, sebuah target pertumbuhan pendapatan. Tujuan harus menantang tapi dapat dicapai.
3. ANALISIS SITUASI
Setelah perusahaan menetapkan tujuannya, dimulai dengan saat ini untuk menyusun rencana strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Perubahan dalam lingkungan eksternal sering muncul peluang-peluang baru dan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. Scan lingkungan dilakukan untuk mengidentifikasi peluang-peluang yang tersedia. Perusahan juga harus mengetahui kemampuan dan keterbatasn untuk memilih peluang yang mengejar dengan probabilitas keberhasilan yang lebih tinggi.
Lingkungan eksternal memiliki dua aspek: lingkungan makro yang mempengaruhi semua perusahaan dan lingkungan mikro yang mempengaruhi perusahaan dalam industri tertentu. Makro meliputi analisis lingkungan politik, ekonomi, sosial, dan faktor-faktor teknologi yang kadang-kadang disebut sebagai ANALISIS PEST. Sebuah aspek penting dari analisis lingkungan mikro adalah industri dimana perusahaan beroperasi atau sedang mempertimbankan operasi.
Analisis internal mempertimbangkan situasi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti :
a. Budaya perusahaan
b. citra perusahaan
c. struktur organisasi
d. staf kunci
e. akses ke sumber daya alam
f. posisi pada kurva pengalaman
g. efisiensi
h. kapasitas operasional
i. merek
j. pasar
k. sumber kuangan
l. eksklusif kontrak
m. paten dan rahasia dagang
Sebuah analisis situasi dapat menghasilkan sejumlah besar informasi, banyak yang tidak terlalu relevan dengan perumusan strategi. Untuk membuat informasi lebih mudah ditangani, kadang-kadang adalah berguna untuk menkategorikan faktor-faktor internal perusahaan sebagai kekuatan dan kelemahan, dan faktor-faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman. Analisis seperti ini sering disebut dengan analisis SWOT.
4. PENYUSUNAN STRATEGI
Begitu gambaran yang jelas tentang perusahaan dan lingkungannya yang ada ditangan, alternatif strategis tertentu dapat dikembangkan. Sementara perusahaan yang berbeda memiliki alternatif yang berbeda tergantung pada situasi mereka, ada juga strategi generik yang dapat diterapkan diberbagai perusahaan. Michael Porter mengidentifikasi kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus sebagai tiga strategi generik yang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif strategis.
5. PELAKSANAAN
Kemungkinan strategi akan dinyatakan dalam tingkat tinggi istilah konseptual dan prioritas. Implementasi yang efektif, perlu diterjemahkan ke dalam kebijakan yang lebih rinci dapat dipahami di tingkat fungsional organisasi. Ekspresi strategi dalam hal kebijakan fungsional juga berfungsi untuk menyoroti isu-isu praktis yang mungkin tidak terlihat pada tingkat yang lebih tinggi. Strategi ini harus diterjemahkan ke dalam kebijakan-kabijakan khusus untuk bidang fungsional seperti :
a. pemasaran
b. penelitian dan pengembangan
c. pengadaan
d. produksi
e. SDM
f. sistem informasi
Selain mengembangkan kebijakan fungsional, tahap pelaksanaan melibatkan identifikasi sumber daya yang diperlukan dan meletakkan ke tempatnya yang diperlukan perubahan organisasi.
6. CONTROL
Setelah diimplementasikan, hasil dari strategi perlu diukur dan dievaluasi, dengan perubahan yang dibuat seperti yang diperlukan untuk tetap pada jalur rencana. Sistem kontrol harus dikembangkan dan dilaksanakan untuk memfasilitasi pemantauan ini. Standar kinerja yang ditetapkan, performa yang sebenarnya diukur, dan tindakan yang tepat diambil untuk memastikan keberhasilan.
7. DINAMIS DAN PROSES BERKELANJUTAN
Suatu perubahan dalam satu komponen dapat memerlukan perubahan dalam seluruh strategi. Dengan demikian, proses proses harus diulang dalam rangka strategi untuk mengadaptasi perubahan lingkungan. Sepanjang proses perusahaan mungkin memerlukan siklus kembali ke tahap sebelumnya dan membuat penyesuaian.
8. KERUGIAN PROSES INI
Proses perencanaan strategis yang diuraikan di atas hanya merupakan satu pendekatan manajemen strategis. Hal ini paling cocok untuk lingkungan yang stabil. Kelemahan ini sebuah pendekatan Top-Down adalah bahwa hal itu adalah mungkin tidak cukup responsif untuk cepat mengubah lingkungan kompetitif. Dalam masa-masa perubahan, beberapa strategi yang lebih sukses muncul secara informal dari tingkat yang lebih rendah dari organisasi, dimana manajer yang lebih dekat dengan pelanggan dari hari ke hari.
Kelemahan lainnya adalah bahwa model perencanaan strategis ini mengasumsikan cukup akurat peramalan dan tidak mempertimbangkan kejadian tak terduga. Dalam dunia yang tidak menentu, prakiraan jangka panjang tidak dapat diandalkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Dalam hal ini, banyak perusahaan yang telah berpaling ke skenario perencanaan sebagai alat untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
NAMA : MUHAMMAD UMMAR ABDUL AZIZ
NIM : 12096638
KELAS: 12.4J.07

Kasus Manajemen : Ulasan Analisa Efektivitas Strategi Produk Telkom Speedy

Hal menarik dari jasa akses internet broadband Speedy milik Telkom ini, terletak pada varian paket layanan yang ditawarkan ke konsumen beserta tingkat harganya yang jadi lebih beragam. Pada saat ini, Speedy di tawarkan oleh Telkom dengan rentang harga dan kualitas yang cukup lebar, dengan menggunakan uses sebagai basis offeringnya. Ini adalah kreativitas baru, dimana sebelumnya differensiasi layanan biasanya didasarkan pada user type. Namun intinya, perusahaan ingin melayani konsumen dari mulai yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Ini adalah menebar jala yang diharapkan dapat menangkap berbagai ukuran ikan. Buat yang terbatas anggarannya, dapat mencoba paket mail sedangkan yang punya dana besar dapat menggunakan paket biz.

Pertanyaan yang menggelitik saya adalah apakah strategi product proliferation (dimana produk dibuat berkembang biak menjadi lebih banyak) ini cukup efektif untuk meningkatkan revenue dan pertumbuhan Telkom yang sudah mulai redup? Saya termasuk orang yang menyangsikan efektivitas strategi ini. Argumen saya adalah efektivitas strategi tidak hanya tergantung pada substansi, profil, dan kontur dari strateginya, namun dipengaruhi juga oleh magnituge dan timing dalam mengeksekusinya. Strategi yang bagus secara substansi, belum tentu berhasil jika dieksekusi pada waktu dan tempat yang salah. Dengan kata lain, efektivitas strategi akan sangat tergantung pada momentumnya. Apabila momentumnya tepat, maka kinerja strategi dijamin akan maksimal. Dalam kasus speedy, saya menduga bahwa, gempuran speedy ke pasar jasa akses internet ini sudah kehilangan momentum! Khususnya untuk masuk ke pasar individual.

Momentum masuk ke pasar sangat ditentukan oleh mood (suasana hati konsumen) yang terjadi dipasar. Jika mood pasar baik, maka tingkat penerimaan (market acceptance) terhadap produk akan bagus. Namun jika mood pasar sedang jelek, maka produk tidak akan dapat mendarat mulus di hati konsumen, malah minimal akan dicuekin, kalaupun tidak sampai dicemooh konsumen. Masalahnya, ada beberapa hal yang dapat membuat mood pasar menjadi tidak kondusif untuk memasarkan produk. Apa saja yang mempengaruhi mood konsumen? Setidaknya ada 3 hal yang sangat mempengaruhi mood pasar, antara lain yaitu :
• Tingkat kepuasan pasar terhadap customer value dari produk eksisting yang ditawarkan perusahaan

• Tingkat preferensi pasar terhadap produk kompetitor yang muncul belakangan (atau lebih baru), termasuk juga produk substitusinya

• Tingkat resiko yang akan dihadapi konsumen dari adanya gejolak lingkungan makro, yang dikhawatirkan akan menggerus customer value secar sistematis


Untuk kasus Speedy, saya melihat bahwa mood pasar pada saat ini sedang tidak kondusif. Oleh karena itu, strategi poliferasi produk Telkom Speedy saat ini, tidak akan berpengaruh banyak pada peningkatan kinerja Telkom, khususnya di wilayah-wilayah dimana pasar disana sudah dimasuki oleh layanan mobile internet access dari operator seluler. Ada beberapa alasan, mengapa saya menyangsikan keberhasilan Speedy (khususnya di pasar individual), antara lain:
• Kita tidak bisa menutup mata bahwa kondisi Speedy eksisting belum sesempurna yang diharapkan konsumen. Speedy masih sarat dengan kasus dan keluhan, khususnya yang terkait dengan konsistensi kualitas (tidak sesuai dengan yang dijanjikan), dan yang terkait dengan billing (khususnya yang terkait dengan paket volume dan time based). Kawan saya yang pegawai Telkom pun masih sering terkaget-kaget dapet tagihan jutaan rupiah untuk bayar konsumsi speedy nya (yang mungkin dijual dedet). Kondisi ini membuat pelanggan worry/ khawatir dan terancam. Apalagi bagi pelanggan potensial, ini adalah sesuatu yang akan cenderung menakutkan.

• Fakta sekarang menunjukkan bahwa mobile internet access, lebih representatif buat para internet user. Paket-paket penawaran akses internet dari operator seluler, jelas lebih dekat dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Trend mengakses internet dari gadget mobile adalah gaya hidup yang sedang bertransformasi menjadi sub kultur, bahkan kultur dari generasi internet (post 1980 birth decade), yang berpotensi menjadi kohort internet addicted. Bersusah payah mengakses internet dengan infrastruktur fixed, merupakan masa lalu yang sudah mulai ditinggalkan, dalam perjalanan sejarah yang linier. Akses fixed itu hanya akan menjadi kebiasaan cadangan (untuk bernostalgia) ketika Telkomsel Flash, Indosat IM2, dan produk-produk sejenis dari Excelcom, 3, dan Axis tidak bisa berfungsi secara optimal.

• Kompetisi memang tempat bergantungnya pelanggan untuk mendapatkan value produk yang sesuai harapan. Perbedaan harga antar operator dalam jasa akses internet pada saat ini tidak signifikan, Price doesn’t matter! Ada point of parity yang semakin besar dibandingkan dengan point of difference nya. Ini merupakan lubang galian kuburan yang menganga lebar, dan siap mengubur hidup-hidup produk lama yang kalah bersaing, karena kurang kosmetik dan tidak mau operasi plastik. Produk yang tidak bahenol dan tidak perez akan ditinggal konsumen yang sangat meterialistis dan duniawi. Jadi kalau tidak ada gap harga yang bikin ngiler pelanggan, jangan harap produk akan dibeli konsumen. Konsumen sekarang memang sangat pragmatis dan hedonis.


Dengan 3 kondisi di atas, cukup buat saya untuk berhipotesis bahwa strategi Speedy pada saat ini tidak akan efektif. Sebagai pemain pioneer dalam jasa akses internet, saya melihat bahwa Telkom terlalu lamban dalam menyiapkan strategi bersaingnya. Sebagai incumbent yang selalu dikeroyok pemain baru, seharusnya ada pre-emptive move yang dibangun di atas kewaspadaan dan kreativitas. Paling tidak, beberapa hal dibawah ini harus disiapkan:
• Strategi harga yang makin menurun untuk menggarap 5 segmen konsumen berdasarkan prilaku adopsinya (dari mulai innovator sampai dengan laggard). Di bisnis ini karena terjadi percepatan dalam perkembangan teknologi baru maka scenario penurunan harga harus disiapkan untuk 3-5 tahun mendatang. Namun perhitungan price – volumenya harus dilakukan secara akurat agar tetap dapat mengcover fixed cost dan initial investment yang sudah dikeluarkan. Jangan sekali-sekali bermimpi ada kenaikan harga atau ada harga yg tetap.

• Inovasi produk harus dilakukan, baik pada tatanan inovasi teknologi, pada tatanan (kosmetik) feature & service, maupun pada innovasi proses bisnis. Ini diperlukan untuk membangun perbedaan yang signifikan antara Speedy dengan para pesaingnya. Kalau perlu ADSL sebagai anchor technologinya harus di innovasi atau dikombinasikan dengan teknologi lain yang lebih maju (misalnya mengkonvergensikannya dengan mobile technology)

• Strategi untuk menggarap pasar late majority dan laggard harus disiapkan secara sangat fokus. Jika perlu untuk memperluas efek komoditisasi dan membangun kemassalan produk, mungkin harus dilakukan juga reformulasi dan repositioning termasuk melakukan perubahan bisnis proses.
NAMA :RIKO OKTARI
NIM :12096625
KELAS :12.4J.07





Analisis Manajemen Lingkungan
1. Latar Belakang

Dalam tiga dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan cara pandang dunia dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah lingkungan hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara diperkotaan, masalah limbah industri, dan sebagainya. Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan dipandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon, pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun delapan puluhan timbul kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan pembangunan ekonomi. Hal ini telah mendorong lahirnya Konsep Pembangunan Berkelanjutan, yang kemudian diterima oleh hampir seluruh dunia. Menjelang berakhirnya abad dua puluh ini terjadi perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi dunia yaitu proses globalisasi disemua aspek kehidupan ekonomi yang membentuk dunia baru dengan batas-batas antar negara yang makin kabur, dengan aturan main yang berbeda dengan tatanan sebelumnya. Agar berhasil dalam persaingan global perlu dipahami aturan main yang berlaku di dalamnya. Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi adalah bahwa dalam proses produksi suatu produk dan jasa tidak boleh merusak lingkungan (Hadiwiardjo, 1977).
Sementara itu di Indonesia ada satu fenomena yang menonjol pada era reformasi ini Salah satu issue utama yang mendapat perhatian besar adalah pencemaran lingkungan hidup oleh perusahaan-perusahaan industri. Masalah pencemaran lingkungan sebenarnya sudah lama menjadi sorotan masyarakat diberitakan meluas oleh berbagai media massa, tetapi kurang mendapat tanggapan positif dari aparat berwenang. Pada era reformasi ini masalah pencemaran lingkungan tetap mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan tuntutan dari masyarakat akan hak-haknya untuk mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang sehat semakin keras dikumandangkan.
Sekarang ini pihak pengusaha industri mendapat tekanan kuat dari dua arah secara simultan yaitu dari luar dan dalam negeri. Dalam situasi demikian, perusahaan industri jika ingin survive tidak punya pilihan lain, selain meninjau dan mengkaji ulang visi, orientasi dan kebijakan perusahaan terhadap lingkungan hidup. Mereka dituntut untuk merubah Sistem Manajemen Lingkungan agar sesuai dengan konsep Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

1.2 Pergeseran Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan lingkungan hidup adalah suatu masalah yang harus dipertimbangkan dari aspek global. Masyarakat dunia telah bereaksi untuk turut serta memberikan kepedulian terhadap lingkungan melalui deklarasi yang dibuat oleh konferensi PBB di Stockholm pada bulan Juni 1972. deklarasi tersebut tentang perlindungan lingkungan dalam pencegahan pencemaran dan ajakan dalam usaha koordinasi ke seluruh dunia lewat partisipasi global tidak hanya negara-negara maju tetapi juga negara-negara berkembang.

Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak mengindahkan kelestarian alam sekitarnya (Pramudya Sunu, 2001).
• Dari pengolahan limbah ujung pipa (end of pipe) ke pengelolaan limbah di setiap titik proses sejak awal.
• Dari peraturan perundangan (command & control) ke instrumen pasar (market based instrument).
• Dari yang bersifat wajib ke sukarela.
• Dari cara penanganan yang bersifat parsial ke cara penanganan yang bersifat sistemik.
• Dari cara pengelolaan yang bersifat sendiri-sendiri ke cara pengelolaan yang bersifat jaring kerjasama (net works).
• Dari yang bersifat instrumental ke yang bersifat fundamental (values, ethics).


2. Sistem Manajemen Lingkungan

Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari Pemerintah.
Agar dapat dilaksanakan secara efektif, sistem manajemen lingkungan harus mencakup beberapa unsur utama sebagai berikut :
a.Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya.
b.Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan program pengelolaan lingkungan.
c.Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, training, komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.
d.Pemeriksaan reguler dan Tindakan perbaikan : mencakup pemantauan, pengukuran dan audit.
e.Kajian manajemen : kajian tentang kesesuaian daan efektivitas sistem untuk mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi diluar organisasi (Bratasida, 1996).

2.2. Sistem Manajemen Lingkungan Menurut Standar ISO Seri 14000


Dalam satu dasawarsa terakhir ini kebutuhan akan suatu sistem standardisasi semakin dirasakan urgensinya. Hal ini mendorong organisasi Internasional di bidang standardisasi yaitu ISO (International Organization for Standardization) mendirikan SAGE (Strategic Advisory Group on Environment) yang bertugas meneliti kemungkinan untuk mengembangkan sistem standar di bidang lingkungan. SAGE memberikan rekomendasi kepada ISO untuk membentuk panitia teknik (TC) yang akan mengembangkan standar yang berhubungan dengan manajemen lingkungan. Pada tahun 1993, ISO membentuk panitia teknik TC 207 untuk merumuskan sistem standardisasi dalam bidang lingkungan. Hasil kerja panitia TC 207 kemudian dikenal sebagai standar ISO seri 14000 (Lee Kuhre, 1996).
Dalam menjalankan tugasnya ISO/TC 207 dibagi dalam enam sub komite (SC) dan satu kelompok kerja (WG) yaitu :
• Sub-komite 1, SC-1 : Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
• Sub-komite 2, SC-2 : Audit Lingkungan (AL)
• Sub-komite 3, SC-3 : Pelabelan Lingkungan (Ekolabel)
• Sub-komite 4, SC-4 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
• Sub-komite 5, SC-5 : Analisis Daur Hidup
• Sub-komite 6, SC-6 : Istilah dan Definisi
• Kelompok Kerja 1, WG-1 : Aspek lingkungan dalam Standar Produk.

Pada akhir tahun 1996 panitia teknik TC 207 telah menerbitkan lima standar yaitu :

1. ISO 14001 (Sitem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan untuk Penggunaan).
2. ISO 14004 ( Sistem Manajemen Lingkungan – Pedoman umum atas Prinsip-prinsip, sistem dan teknik pendukungnya).
3. ISO 14010 (Pedoman Umum Audit Lingkungan-Prinsip-prinsip Umum Audit Lingkungan).
4. ISO 14011 (Pedoman Untuk Audit Lingkungan-Prosedur Audit Lingkungan-Audit Sistem Manajemen Lingkungan).
5. ISO 14012 (Pedoman untuk Audit Lingkungan – Kriteria Persyaratan untuk menjadi Auditor Lingkungan).


Sejak tahun 1997 telah diterbitkan dan akan diterbitkan beberapa standar yaitu :

• ISO 14020 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi – Tujuan tujuan dan semua Prinsip - prinsip Pelebelan Lingkungan).
• ISO 14021 (Pelabelan Lingkungan daan Deklarasi – Pernyataan diri
Klaim Lingkungan-Istilah dan Definisi).
• ISO 14022 (Pelabelan Lingkungan daan deklarasi-Simbol-simbol).
• ISO 14023 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Metodologi Pengujian dan Verifikasi).
• ISO 14024 (Pelabelan Lingkungan – Program bagai Pelaksana - Prinsip pemandu, Prosedur praktek dan sertifikasi dan program kriteria ganda).
• ISO 14025 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Pelebelan lingkungan
• ISO 14031 (Evaluasi Kinerja Lingkungan).
• ISO 14040 (Asesmen Daur Hidup-Prinsip dan Kerangka).
• ISO 14041 (Asesmen Daur Hidup-sasaran daan Definisi-IstilahLingkup dan Analisis Inventarisasi).
• ISO 14042 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen dampak)
• ISO 14043 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen penyempurnaan).
• ISO 14050 (Istilah daan Definisi).
• ISO 14060 (ISO-IEC Guide 64) Panduan untuk aspek lingkungandalam standar produk.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup".
Dokumen AMDAL terdiri dari :
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
AMDAL digunakan untuk:
Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

4. Logam Berat Beracun di Perairan


Pembangunan yang pesat dibidang ekonomi disatu sisi akan meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, tetapi di sisi lain akan berakibat pada penurunan kesehatan akibat adanya pencemaran yang berasal dari limbah industri dan rumahtangga. Hal ini karena kurangnya atau tidak memadainya fasilitas atau peralatan untuk menangani dan mengelola limbah tersebut.
Salah satu pencemaran pada badan air adalah masuknya logam berat. Peningkatan kadar logam berat di dalam perairan akan diikuti oleh peningkatan kadar zat tersebut dalam organisme air seperti kerang, rumput laut dan biota laut lainnya. Pemanfatan organisme ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka berkembang pulalah industri-industri. Akibatnya lingkungan menjadi salah satu sasaran pencemaran, terutama sekali lingkungan perairan yang sudah pasti terganggu oleh adanya limbah industri, baik industri pertanian maupun industri pertambangan. Kebanyakan dari limbah itu biasanya dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Berbagai metode seperti penukar ion, penyerapan dengan karbon aktif (Rama, 1990) dan pengendapan secara elektrolisis telah dilakukan untuk menyerap bahan pencemar beracun dari limbah, tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi dalam pengoperasiannya. Penggunaan bahan biomaterial sebagai penyerap ion logam berat merupakan alternatif yang memberikan harapan. Sejumlah biomaterial seperti lumut (Low et al., 1977), daun teh (Tan dan Majid, 1989), sekam padi (Munaf , 1997), dan sabut kelapa sawit (Munaf, 1999), begitu juga dari bahan non biomaterial seperti perlit, tanah gambut, lumpur aktif dan lain-lain telah digunakan sebagai bahan penyerap logam-logam berat dalam air limbah.

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu
Kadmium dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Clarkson, 1988; dan Saeni, 1997)
Tembaga merupakan logam yang ditemukan dialam dalam bentuk senyawa dengan sulfida (CuS). Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan listrik, gelas , dan alloy. Tembaga masuk keperairan merupakan faktor alamiah seperti terjadinya pengikisan dari batuan mineral sehingga terdapat debu, partikel-partikel tembaga yang terdapat dalam lapisan udara akan terbawa oleh hujan. Tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti dari industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, dan limbah domestik.
Pada konsentrasi 2,3 – 2,5 mg/l dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir (Saeni, 1997). Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena sebagian terikat dengan protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang kefeses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga menyebabkan penyakit anemia dan tuberkulosis.
Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat racun dalam bentuk Pb-arsenat. Dapat juga berasal dari proses korosi lead bearing alloys. Kadang-kadang terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik seperti hexaetil timbal, dan tetra alkil lead (TAL) (Iqbal dan Qadir, 1990)
Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikomsumsi serta melalui pernapasan dan penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat menghambat aktifitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam timbal adalah kurangnya nafsu makan, kejang, kolik khusus, muntah dan pusing-pusing. Timbal dapat juga menyerang susunan saraf dan mengganggu sistem reproduksi, kelainan ginjal, dan kelainan jiwa (Iqbal dkk 1990; Pallar, 1994)
Proses perjalanan logam berat dari sumber pencemar hingga sampai ke tubuh manusia: digambarkan dalam gambar 1 (Suwirma, 1988).
NAMA :ALAN BAYU WINARNO
NIM :(12096613)
KELAS :12.4J.07



MANAJEMEN PENGETAHUAN LEMBAGA PENDIDIKAN

1. P e n d a h u l u a n
Perkembangan dewasa ini menunjukan pada makin cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan, akibat dari efek globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif. Kondisi ini jelas telah mengakibatkan perlunya cara-cara baru dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap survive. Penekanan akan makin pentingnya kualitas SDM merupakan salah satu respon dalam menyikapi perubahan tersebut, dan ini tentu saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM.
Sehubungan dengan itu peran Ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya dengan pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini berarti Pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dan kompetitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam bidang ekonomi telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi pengelolaan usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut
Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena itu perolehan dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja organisasi. Langkah ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam menghadapi persaingan yang mengglobal, sehingga pengabaiannya akan merupakan suatu bencana bagi dunia bisnis, oleh karena itu diperlukan cara yang dapat mengintegrasikan pengetahuan itu dalam kerangka pengembangan SDM dalam organisasi. Dari sinilah istilah manajemen pengetahuan berkembang sebagai suatu bagian penting dan strategis dalam pengelolaan SDM pada Perusahaan/organisasi.
Pengetahuan memang merupakan milik individu, namun dapat dimanfaatkan oleh organisasi dengan tetap memberikan otonomi pengembangannya pada individu tersebut. Dalam hubungan ini belajar dan pembelajaran menjadi kata kunci dalam peningkatan kapasitas pengetahuan, oleh karenanya menjadikan individu sebagai pembelajar merupakan kondisi yang diperlukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kinerja organisasi melalui pengintegrasiannya dengan proses organisasi. Untuk itu organisasi perlu melakukan pengembangan dirinya menjadi organisasi pembelajar, sebab hanya dalam kondisi yang demikian individu/pegawai dapat benar-benar menjadi manusia pembelajar.
Pentingnya Learning Organization telah lama menjadi konsern para akhli organisasi, terutama semenjak terbitnya buku karya Peter Senge “The Fifth Discipline” pada tahun 1990, disamping itu organisasi-organisasi baik organisasi bisnis maupun non bisnis juga telah mencoba mengembangkan konsep tersebut dalam upaya menjadikan organisasi mereka kompetitif, dan dalam konteks itulah manajemen pengetahuan menjadi amat penting, karena dengan pengelolaan yang tepat dapat menjadi suatu kekuatan kompetitif yang tangguh yang diperlukan sekali dalam perkembangan global dewasa ini. Berikut ini akan dikemukakan makna manajemen pengetahuan dengan menggunakan rujukan utama buku yang ditulis oleh Christina Evans berjudul Managing for Knowledge, HR’s Strategic Role.
2. Mengelola Pengetahuan
Kehidupan di jaman informasi dimana pengetahuan dipandang sebagai aset bisnis strategis memerlukan upaya pengelolaan pengetahuan agar dapat mendorong bagi perkembangan bisnis. Aset pengetahuan mencakup :
• Aset struktural
• Merek
• Hubungan dengan pelanggan
• Hak paten
• Produk
• Proses operasi
• Aset manusia yang mencakup :
o Pengalaman pegawai
o Keterampilan pegawai
o Hubungan personal
Pengetahuan telah menjadi aset bisnis utama didorong oleh perubahan-perubahan dalam bidang teknologi dan dalam bisnis global. Perubahan ini telah menjadikan orientasi manajemen SDM yang menitik beratkan pada tangible asset bergeser pada perhatian yang lebih menitik beratkan pada intangible asset. Hal ini juga berarti bahwa comparative advantage yang berbasis Sumberdaya Alam dalam bisnis bergeser pada competitive advantage yang berbasis kualitas SDM, dan dalam konteks inilah pengetahuan menjadi aset yang sangat penting dalam pengelolaan/manajemen SDM.
Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi jadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembandingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan. Pengetahuan dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu a). pengetahuan tentang sesuatu; b) pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu,; c). pengetahuan menjadi diri sendiri; dan d). pengetahuan tentang cara bekerja dengan orang lain. Sedang tingkatan pengetahuan dapat dibagi tiga yaitu : 1) mengetahui bagaimana melaksanakan; 2). Mengetahuai bagaimana memperbaiki; dan 3). Mengetahui bagaimana mengintegrasikan.
Dengan pemahaman pengetahuan seperti itu, maka manajemen pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut : “proses menterjemahkan pelajaran yang dipelajari, yang ada dalam diri/pikiran seseorang menjadi informasi yang dapat digunakan setiap orang”. Dalam konteks ini profesional SDM memandang manajemen pengetahuan sebagai menjamin penngetahuan yang diperoleh dikembangkan bersama dengan orang lain dalam organisasi. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki organisasi secara penuh tersedia melalui penyediaan lingkungan yang tepat, budaya, struktur dan proses guna memotivasi dan mendorong sharing pengetahuan pada setiap tingkat dalam organisasi. Jadi thema utama dari manajemden pengetahuan adalah sebagai berikut :
o Pembelajaran
o Pengembangan/sharing
o Penempatan orang di tempat yang tepat dan waktu yang tepat
o Pembuatan keputusan yang efektif
o Kreativitas
o Membuat pekerjaan jadi lebih mudah
o Mendorong tumbuhnya bisnis baru dan nilai bisnis
Adapun tahapan perkembangan manajemen pengetahuan dalam organisasi adalah sebagai berikut :
o Knowledge-chaotic (tak sadar konsep, tak ada proses informasi, dan tak ada sharing informasi)
o Knowledge-aware (sadar akan kebutuhan manajemen pengetahuan, adabeberapa proses manajemen pengetahuan, ada teknologi, ada isu tentang sharing informasi)
o Knowledge-enabled (memanfaatkan manajemen pengetahuan, mengadopsi standar, isu-isu berkaitan dengan budaya dan teknologi)
o Knowledge-managed (kerangka kerja yang terintegrasi, merealisasikan manfaat, isu-isu pada tahap sebelumnya teratasi)
o Knowledge-centric (manajemen pengetahuan merupakan bagian dari misi, nilai pengetahuan diakui dalam kapitalisasi pasar, manajemen pengetahuan terintegrasi dalam budaya)
Bagi organisasi yang ingin menerapkan manajemen pengetahuan dalam organisasinya perlu menyadari pertama, bahwa pengetahuan ada pada orang dan bukan pada sistem, meskipun sistem punya data dan informasi yang dapat membantu proses pengetahuan. Kedua, penciptaan pengetahuan merupakan proses sosial, tercipta melalui interaksi antara individu-individu dalam kehidupan sehari-hari mereka.
 Perubahan Peran SDM dari Operasional ke Strategik
Uuntuk menjadikan manajemen pengetahuan menjadi bagian dari organisasi, diperlukan pergeseran peran dari manajemen dengan orientasi SDM yang operasional/tradisional menjadi orientasi SDM yang strategis. Adapun perbedaan antara yang tradisional (manajemen personalia) dengan Manajemen SDM adalah sebagai berikut :
Karakteristik perang manajemen personel/tradisional
o Reaktif
o Advokasi pegawai
o Unit kerja/task force
o Fokus pada isu operasional
o Isu kualitatif
o Stabilitas
o Solusi taktis
o Integritas fungsi
o Orang sebagai beban/biaya
Karakteristik perang manajemen Sumberdaya Manusia (SDM)
o Proaktif
o Parner bisnis
o Fokus pada tugas dan pemberdayaan
o Fokus pada isu strategis
o Isu kuantitatif
o Perubahan konstan
o Solusi startegis
o Multi fungsi
o Orang sebagai aset
Dalam mengimplementasi Manajemen pengetahuan, diperlukan SDM yang tidak hanya kompeten, tapi juga dapat menunjukan/mendemonstrasikan sikap sebagai berikut (Ulrich, 2000) :
o Mentransformasikan pengetahuan ke dalam tindakan
o Membuat pilihan berdasar informasi tentang bagaimana berinvestasi dalam praktek SDM untuk menjamin hasil bisnis
o Berhubungan dengan rekan profesi SDM dan manajer garis dengan penuh keyakinan bahwa dia punya sesuatu yang bernilai untuk ditawarkan
o Menunjukan keyakinan, kepastian, pengambilan resiko, dan berorientasi tindakan
 Membangun Budaya yang berpusat pada pengetahuan
Organisasi perlu terus mengembangkan manajemen pengetahuan sampai dapat mencapai tahapan terakhir yaitu knowledge-centric organization. Dalam kondisi ini organisasi mampu menciptakan pengetahuan (knowledge-creating organization) yang mempunyai prinsip-prinsip (Charles Leadbeater) sebagai berikur :
o Cellular – punya struktur organisasi yang adaptif tidak kaku
o Self-managing – individu dan tim mengelola diri untuk membukan inovasi dan kreativitas.
o Entrepreneurial – kewirausahaan yang mendorong pada kemampuan individu dalam memanfaatkan peluang bagi pertumbuhan dan perubahan
o Equitable membership and reward – mengembangkan sistem reward yang adil yang dapat menumbuhkan rasa keanggotaan
o Deep knowledge reservoirs – punya kapabilitas dengan fokus pada keakhlian spesialist ketimbang generalist
o The holostic company – memanfaatkan aset pengetahuan yang berada di luar struktur organisasinya
o Collaborative leadership – berorientasi pada kerjasama untuk mengarahkan, menginformasikan nilai dan mendorong memberdayakan yang lain dalam mengelola bisnis
Uraian di atas pada dasarnya menggambarkan tentang komponen-komponen kunci dari budaya yang berpusat pada pengetahuan, dimana di dalamnya mesti ada nilai-nilai yang jelas, prilaku pengetahuan, tempat kerja yang menumbuhkan energi, mendorong kreativitas untuk terus berkembang, serta mendukung kerjasama dan mengakui dan menghargai perbedaan. Dan semua ini bisa nyambung dalam kepemimpinan fasilitatif (fasilitative leadership) yang mampu mendorong, memampukan, dan mendukung penciptaan dan sharing pengetahuan dalam organisasi.
Sampai dengan tahun 1980-an, organisasi dikelola dengan menggunakan prinsip manajemen ilmiah dari Taylor, dimana struktur organisasi bersifat kaku dan sangat mempertahankan jalur komando, manajer bekerja untuk mengontrol bawahan agar bekerja dengan benar dan tepat waktu sesuai yang direncanakan, pimpinan puncak sangat berkuasa dan pemisahan antara atasan dan bawahan sangat tegas. Kondisi ini jelas tidak dapat dipertahankan dalam organisasi dewasa ini yang menuntut fleksibilitas dan kemampuan merespon perubahan dengan cepat. Untuk itu diperlukan perubahan dalam mengelola organisasi agar manajemen pengetahuan dapat berjalan dengan efektif.
Dalam organisasi yang berbasis pengetahuan, fleksibilitas merupakan hal yang penting, untuk dapat merespon dengan cepat perubahan yang terus menerus terjadi, oleh karena itu organisasi perlu memberi otonomi agar dapat mendorong lahirnya inovasi. Organisasi yang demikian menurut Bhrami (1996) memerlukan karakteristik sebagai berikut :
o Multiple centers (banyak pusat)
o Diverse structure (struktur yang beragam)
o Multiple alliance (aliansi jamak)
o Cosmopolitant mindsets (pola fikir kosmopolitan)
o Emphasis on flexibility (menekankan fleksibilitas)
Pada saat pengetahuan menjadi asit binis utama, maka diperlukan adanya pegawai yang khusus menangani masalah ini, Chief Knowledge Officers (CKO) yang bertugas mengembangkan hubungan dengan infrastruktur, proses, dan budaya dari managemen pengetahuan dalam organisasi, dengan rincian tanggungjawab sebagai berikut :
o Mengidentifikasi dan memprioritaskan perubahan yang perlu dibuat untuk mendorong/meningkatkan informasi dan pengetahuan organisasi
o Melaksanakan proses, infrastruktur dan prosedur organisasi guna memampukan terbangunnya dan digunakannya secara efektif basis pengetahuan perusahaan.
o Mendorong/memberdayakan seluruh staf berpartisipasi dalam membangun, menggunakan dan melindungi basis pengetahuan organisasi
o Mengidentifikasi dan mengintegrasikan pelayanan lain yang mendukung bagi sistem managemen pengetahuan organisasi.
Karena dalam manajemen pengetahuan sangat diperlukan kecepatan dalammengakses informasi, maka diperlukan juga pegawai yang khusus menangani masalah informasi ini
Dalam organisasi yang berpusat pada pengetahuan, setiap individu dalam organisasi perlu terus belajar dan sharing pengetahuan tersebut dengan individu lain dalam organisasi, karena semua lapisan dalam organisasi mempunyai peran penting dalam mengembangkan basis pengetahuan organisasi. Hal itu perlu disadari mengingat banyak pemimpin bisnis yang percaya bahwa dalam era persaingan ekonomi global, mereka perlu punya kemampuan mengkapitalisasi atas dasar skala ekonomi, sumberdaya dan bakat yang tersedia dalam perusahaan sekaligus mengembangkan organisasi yangbersifat fleksibel dan otonom. Satu hal yang penting dalam upaya tersebut adalah menjamin bahwa setiap orang dalam organisasi memainkan perannya dalam mengembangkan, sharing, dan menggunakan pengetahuan.
 Peran SDM dalam membangun budaya yang berpusat pada pengetahuan
Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam membangun budaya yeng berpusat pada pengetahuan (knowledge-centric culture), dalam hubungan ini yang pelu diperankan oleh SDM untuk menambah nilai adalah sebagai berikut (Linda Holbeche) :
o Fokus pada pembentukan struktur yang tepat
o Mengembangkan kepemimpinan fasilitatif
o Membangun infrastruktut teknologi informasi
o Membina hubungan dengan pemasok.
Bidang lain yang dapat memberi pengaruh besar adalah memampukan budaya pengetahuan, serta dapat menjadi katalis perubahan budaya, disamping itu SDM hendaknya membenatu membangun infrastruktur yang dapat diterapkan dan memerlukan ketrampilan, ini dapat dilakukan dalam konteks perlu adanya struktur dan desain organisasi, karir dan struktur karir, manajemen kinerja, mengembangkan fokus belajar bagi organisasi, dan perencanaan suksesi.
Dengan demikian SDM mempunyai peran penting dalam mendorong perkembangan organisasi menuju organisasi yang berpusat pada pengetahuan, melalui pembentukan budaya organisasi yang mendukung pembangunan dan sharing pengetahuan. Secara spesifik SDM dapat menambah nilai dengan mengambangkan program kesadaran akan pengetahuan, baik sebagai aktivitas terpisah atau dengan mengintegrasikannya dengan program pengembangan organisasi yang ada, dalam hubungan ini perlu dikomunikasikan tentang bagaimana organisasi membangun kapabilitas manajemen pengetahuannya, menjamin kepemimpinan yang tepat dan menerima dukungan pengembangan, dan juga hal-hal yang berkaitan dengan dukungan untuk membangun budaya yang mendorong pembelajaran terus menerus.
 Meninjau kembali belajar dalam Ekonomi pengetahuan
Dalam era ekonomi global dewasa ini tak ada satupun kepastian, karena kepastian itu adalah perubahan, tanpa kemampuan untuk belajar terus menerus, maka SDM akan selalu ketinggalan, dalam kondisi yang demikian, program pelatihan pegawai menurut Reg Revans (1998) tidak dapat mengembangkan pegawai dalam lingkungan yang berubah sangat cepat, oleh karena itu diperlukan juga program pengembangan bukan hanya pelatihan, pengembangan berbeda dengan pelatihan, pengembangan mencakup :
o Motivasi diri dan pemikiran orang tentang dirinya
o Pendekatannya lebih holistik, dengan memperhatikan seluruh/segala situasi
o Melihat kebutuhan jangka panjang
o Tak ada jawaban benar ataupun salah.
Sementara pelatihan mencakup :
o Lebih spesifik dan berhubungan dengan kebutuhan belajar sekarang
o Menghasilkan perluasan akan kemampuan yang ada
o Dilakukan untuk anda dan kepada anda (kurang terarah pada yang dilatih)
Oleh karena itu dalam pengembangan SDM diperlukan pendekatan yang integral yang berfokus pada praktek serta mencari pengungkit untuk mendukung belajar. Dalam hal ini diperlukan pembelajaran dalam praktek kehidupan sehari-hari, dan untuk mendorong pembelajaran tersebut ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan yaitu :
o Pertemuan tim
o Pertemuan dan perbincangan informal
o Kerja tim lintas sektoral
o Melalui siklus manajemen proyek
o Komunitas pelaksana
o Mengikuti kegiatan di ruang fisik yang didalamnya terjadi belajar
o memfasilitasi belajar melalui pemikiran informal dan ruang pembelajaran
o membangun lingkungan belajar untuk memfasilitasi eksperimen dan bermain
o membangun budaya mentoring
Untuk mendapat kesuksesan dalam bisnis perusahaan menyadari akan perlunya organisasi yang responsif dan fleksibel namun tetap dapat berkelanjutan, dan hal ini jelas memerlukan perubahan budaya. Dalam hal ini ada lima hal penting yang strategis untuk perubahan yaitu :
o modal pemikiran – kemampuan menerapkan ide secara bebas dalam perusahaan
o mindset – kemampuan menangani hal rumit, dan dapat bertindak dalam ketidakpastian
o diversity – pendekatan dilakukan dengan bervariasi dengan perspektif yang bervariasi pula
o budaya mentoring – kualitas kemembantuan dalam hubungan antar orang dalam perusahaan
o akuntabilitas bersama – punya penekanan yang tepat pada pengawasan seraya memberi kebebasan orang bereksperimen dalam mengembangkan dengan berkonsultasi pada fihak lain
dalam hal belajar, perusahaan, organisasi perlu juga belajar dari fihak/organisasi/perusahaan lain misalnya melalui benchmarking, atau belajar langsung dari spesialis organisasi lain.
Semua itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan organisasi dapat belajar untuk kepentingan pengembangan organisasi usahanya, memang upaya pencarian dalam menciptakan ruang belajar baru makin meningkat, demikian juga upaya memaksimumkan kesempatan belajar dalam praktek kehidupan sehari-hari. Semua itu merupakan langkah penting dalam mengembangkan manajemen pengetahuan dalam manajemen SDM, dan hal tersebut akan membantu membangun dan mengembangkannya melalui kesiapan untuk terjadinya perubahan budaya, yakni budaya yang berpusat pada pengetahuan.
 Memahami motivasi belajar diantara pekerja pengetahuan
Penjelasan sebelumnya lebih menekankan pada aspek organisasi dari belajar, belajar juga mempunyai dimensi personal yang berkaitan dengan motivasi. Terdapat dua pendorong belajar bagi profesional independen yaitu :
o Kebutuhan belajar yang diidentifikasi sendiri – belajar yang didasarkan pada kebutuhan sendiri seperti untuk karir pribadinya
o Kebutuhan belajar yang diidentifikasi oleh orang lain – belajar untuk memenuhi kualifikasi formal berkaitan dengan pekerjaan tertentu
Dalam melakukan pembelajaran profesional SDM mengelola belajarnya melalui beberapa pendekatan yang umumnya bersifat informal yaitu :
o Belajar dengan dan dari profesional lain melalui pekerjaan spesifik tertentu.
o Belajar melalui observasi dari pekerjaan profesional lain
o Belajar dengan dan dari profesional lain melalui jejaring kerja
o Belajar melalui kegiatan menghasilkan pengetahuan eksplisit
o Belajar melalui proyek atau kegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan
o Belajar melalui refleksi kritis
Dimensi motivasi dalam belajar memegang peran penting karena hal itu dapat menjadi pendorong untuk belajar, sementara caranya belajar akan ditentukan oleh pilihan yang dirasa paling tepat sesuai dengan keinginan SDM itu sendiri.
 Bekerja dan belajar dalam komunitas praktek
Dalam era perubahan yang cepat dewasa ini, belajar harus lebih cepat dari perubahan yang terjadi termasuk dari belajarnya pesaing, untuk itu diperlukan suatu komunitas praktek yang memberikan kemungkinan belajar terjadi tanpa henti dan dengan kecepatan yang memadai. Komunitas praktek umumnya berada dalam tempat kerja, dimana mereka mengembangkan dan membentuk sendiri praktek-praktek. Menurut Wenger dalam bukunya Communities of Practice, menyatakan bahwa komunitas praktek merupakan individu-individu yang berada dalam lingkungan yang sama, punya asumsi atas pekerjaan yang sama, dan mereka mengembangkan praktek bersama dalam cara bekerja dan mengerjakan sesuatu. Keterlibatan dalam komunitas praktek berarti bertindak dan berpengetahuan atau tahu dan bertindak
Komunitas praktek menurut Wenger mempunyai tiga karakteristik yaitu : keterlibatan timbal bail, kegiatan bersama, dan punya repertoir/kebiasaan yang didukung secara bersama. Dalam memperkenalkan, memfasilitasi dan mendukung komunitas praktek, ada beberapa pertimbangan penting yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :
o Menilai dan mempersiapkan kondisi
o Mengidentifikasi jenis dan jumlah komunitas yang sudah ada.
o Jenis kegiatan membangun pengetahuan apa yang telah dilakukan
o Bagaimana komunitas berjalan, seberapa baik jalannya, dan bagaimana SDM dapat membantu
o Sadari masalah polotik berkaitan dengan komunitas
o Capai komitmen untuk anggota tim untuk ikut dalam aktivitas komunitas
o Yakinkan ada sponsor senior dalam komunitas
o Usulkan berbagai inovasi bagi komunitas praktek
o Fasilitator, pemimpin dan pendukung komunitas
o Koordinasi/administrator
o Anggota komunitas
o Asosiasi komunitas
o Fasilitator untuk membantu komunitas untuk tetap fokus dalam belajar
o Menyediakan anggaran yang diperlukan
Semua itu akan membantu dalam membangun komunitas pembelajar dalam rangka manajemen pengetahuan, sehingga dapat berkembang terus dalam konteks lingkungan ekonomi global yang berubah cepat, jika tidak terjadi pembelajaran yang kontinue, maka organisasi akan selalu ketinggalan dan akan gagal dalam mengikuti arus persaingan yang ketat dalam bisnis global.
 Membangun Kredibilitas dan Kapabilitas
Salah satu hal yang penting dalam membangun dan mengembangkan manajemen pengetahuan adalah perlunya menjamin bahwa mengelola pengetahuan menjadi bagian integral dari kehidupan organisasi sehari-hari. Beberapa Manajer SDM yang diwawancari tentang SDM menyatakan perlunya mewujudkan beberapa hal mendasar yaitu :
o Mulailah dengan rekrutmen gaya lama yang baik. Fokuskan pada pengetahuan yang dia miliki
o Yakinkan bahwa mereka berada sama/terbuka dengan orang lain yang berada dalam organisasi
o Fokus pada pembentukan ketrampilan yang diperlukan orang untuk dikerjakan dengan baik
o Yakinkan bahwa orang punya akses pada informasi dasar yang diperlukan untuk pekerjaannya
o Ciptakan kesempatan secara fisik untuk bekerja dekat dengan bagian berbeda dalam organisasi, sehingga mereka dapat berinteraksi dan belajar lebih banyak tentang pekerjaan organisasi secara keseluruhan.
o Komunikasikan apa yang dilakukan SDM dalam membantu organisasi mengembangkan basis pengetahuannya
o Yakinkan bahwa SDM sudah diketahui
o Bekerjalah dalam kemitraan dengan kolega bisnis anda, seperti dengan bagian teknologi informasi, pembiayaan, dan pemasaran.
Dalam upaya mengaitkan (link) antara manajemen pengetahuan dengan praktek SDM, dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut yaitu :
o Kerangka kompetensi
o Rekrutmen dan seleksi
o Induksi
o Manajemen kinerja
o Imbalan dan pengakuan
o Manajemen sumberdaya
o Lingkungan belajar
o Pelatihan dan pengembangan
o Manajemen karir
o Retensi
upaya mengaitkan tersebut, memerlukan jaminan bahwa semuanya dipandang sama penting, dan jangan sampai terjadi perubahan praktek dalam satu bidang berdampak negatif bagi bidang SDM lainnya.
 Knowledge mapping
Dengan menggunakan istilah tacit dan eksplisit, Nonaka dan Takeuchi (1995), mengidentifikasi empat transisi pengetahuan yaitu :
o Tacit ke tacit melalui sosialisasi dalam bentuk percakapan, observasi dan sejenisnya
o Tacit ke eksplisit melalui kodifikasi atau eksternalisasi pengetahuan yang dimiliki secara pribadi
o Eksplisit ke eksplisit melalui kombinasi bentuk pengetahuan yang dikodifikasikan
o Eksplisit ke tacit melalui internalisasi dokumen oleh agen manusia
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa tindakan mengetahui manusia merupakan masalah yang kompleks, dan untuk memahami hal ini ada tiga aturan atau penafsiran tentang praktek manajemen pengetahuan yaitu :
o Pengetahuan hanya dapat diperoleh secara sukarela
o Kita selalu mengetahui lebih dari yang kita katakan dan kita akan selalu mengatakan lebih daripada yang dapat kita tuliskan
o Kita hanya mengetahui apa yang kita tahu ketika kita memerlukan untuk mengetahuinya.
Memang diakui bahwa bahasa pengetahuan amat penting baik untuk penemuan maupun penggunaan, disamping konteks dimana kita mengetahui sesuatu. Dalam hal ini bahasa pertanyaan punya peran dalam menyediakan konteks tambahan dan mendorong cara berfikir yang masuk akal atas masalah yang ditanyakan. Pertanyaan ASHEN dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut, namun perlu ditegaskan bahwa ASHEN berkaitan dengan cara melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda untuk menjelaskan respon, dan bukan model pengkategorian dimana pengetahuan merupakan artefak atau heuristik, tapi sebagai alat untuk menjelaskan respons. ASHEN itu sendiri berarti sebagai berikut :
o Artefact, Art – hasil seni dan pekerjaan manusia
o Skill – keahlian, kemampuan praktis, fasilitas dalam mengerjakan sesuatu
o Heuristic – upaya menemukan
o Experience – Observasi aktual atau pengenalan praktis dengan fakta atau kejadian, pengetahuan yang dihasilkan dari hal tersebut
o Natural Talent – yang ada dalam alam, bukan tiruan, apa adanya. Talent – bakat khusus, kemampuan mental.
Istilah ASHEN tersebut dapat digunakan untuk melihat keseimbangan antara pengetahuan tacit dengan pengetahuan eksplisit, pengetahuan tacit merupakan bidang besar dalam tataran Natural Talent, sedang Pengetahuan eksplisit bagian besarnya terdapat dalam tataran Artefact.
Pengetahuan berbeda dari proses dia merupakan proses evolusi. Penciptaan peta pengetahuan akan selalu menghasilkan pengetahuan yang rentan. Pemetaan pengetahuan adalah menciptakan serangkaian lensa untuk memperoleh strategi pengetahuan organisasi, lensa utamanya adalah :
o Pemetaan objek pengetahuan dalam hubungannya dengan kegiatan utama organisasi
o Pandangan komunitas dan struktur yang memiliki atau menciptakan pengetahuan, baik formal maupun informal
o Pemahaman akan arus pengetahuan dan ketergantungan informasi antara komunitas dan struktur
 Membangun Alat Manajemen Pengetahuan
Agar SDM dapat memainkan peran strategis dalam membangun budaya yang berpusat pada pengetahuan, maka salah satu hal yang penting adalah menggunakan dan menerapkan alat-alat yang tepat. Beberapa alat-alat dasar itu adalah sebagai berikut :
o Siklus konsultansi – dengan langkah-langkah : Memperoleh entri, melakukan kontrak, mengumpulkan data, menganalisis data, menumbuhkan opsi perencanaan untuk perubahan, dan melaksanakannya.
o Siklus perubahan – terdiri dari : reluktansi, kesadaran, minat, uji coba mental, praktek dalam kehidupan nyata, pelaksanaan, komitmen, dan integrasi
o Cara-cara berfikir dalam situasi menantang – menggunakan enam topi berfikir dari De Bono
o Pertanyaan-pertanyaan untuk memfasilitasi belajar transformatif melalui teknik bertanya divergensi untuk menumbuhkan kesadaran, memunculkan pilihan, membuat hubungan baru, dan mendorong berfikir bebas
Adapun alat-alat untuk membuka dialog adalah :
o Model belajar yang dikelola sendiri
o Inkuiri apresiatif – seni tentang hal yang tidak mungkin. Menurut Cooperrider (1998) perubahan yang sukses memerlukan : kebaruan, kesinambungan, dan transisi.
Alat-alat untuk memfasilitasi sharing pengetahuan tacit yaitu :
o Review sesudah kegiatan
o Review pembelajaran sesudah proyek berakhir
o Bercerita
Alat-alat untuk mengidentifikasi sumberdaya pengetahuan kunci dan para pemainnya adalah melalui Analisis jejaring sosial
 Menggunakan teknologi secara bijak
Meskipun diakui bahwa teknologi berperan penting dalam mengelola pengetahuan, namun hal itu bukanlah suatu solusi total. Menurut Rob Van der Spek dan Jan Kingma (1999) strategi organisasi dalam mengelola pengetahuan hendaknya mencakup/memperhatikan dua bidang yaitu :
o Eksploitasi dan aplikasi pengetahuan yang ada, dan
o Menciptakan pengetahuan baru, termasuk membangun kapabilitas menciptakan pengetahuan baru yang lebih cepat dibanding masa lalu
Oleh karena itu penggunaan teknologi bukanlah segalanya, penggunaan teknologi perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Ada beberapa tip penting untuk para praktisi berkaitan dengan penggunaan teknologi yaitu :
o Fahami nilai informasi yang dimiliki
o Jadilah pengelola yang lebih baik dalam mengelola informasi
o Sederhanakanlah
o Perlakukan mengelola pengetahuan sebagai tugas yang dapat dialihkan, oleh karenanya diperlukan alokasi waktu
o Sediakan alat-alat dasar dan latihlah orang cara menggunakannya
o Kaji kemungkinan mengadaptasi sistem yang ada untuk menyediakan pengetahuan tepat waktu pada saatnya
o Yakinlah bahwa sistem manajemen pengetahuan merupakan kebutuhan nyata
o Cobakan sistem baru pada kelompok kecil yang representatif sebelum menerapkannya lebih luas
o Belajarlah dari kesalahan orang lain
o Yakinlah bahwa sistem manajemen pengetahuan berinteraksi dengan sistem yang ada
Dalam konteks tersebut penggunaan teknologi harus diarahkan pada upaya untuk menghubungkan orang-orang dalam organisasi agar kinerja organisasi makin efektif, untuk itu pilihan teknologi harus mengacu pada kepentingan tersebut.
Meningkatkan aset intelektual dalam organisasi menjadi konsern strategi kunci bagi banyak pemimpin bisnis, dan akan menjadi salah satu prioritas berkaitan dengan SDM. Kebutuhan akan pengelolaan pengetahuan telah punya dampak langsung bagi beberapa jenis bisnis. Namun demikian mengelola pengetahuan telah berkembang menjadi agenda yang lebih tinggi, organisasi publik pun ddidorong untuk berorentasi kinerja dalam menjalankan organisasinya dengan pendekatan yang lebih berfokus pada pelanggan.
Dalam kontek perkembangan organisasi SDM dapat membantu organisasi mengembangkan dan mempertahankan asetpengetahuannya melalui :
o Membantu organisasi mencapai kejelasan berkaitan dengan budaya yang berorientasi pengetahuan
o Fokus pada apa yang benar-benar dibutuhkan untuk berubah/dirubah
o SDM perlu mereview peranannya dan tanggungjawabnya berkaitan dengan pembangunan budaya yang berpusat pada pengetahuan
o Membantu organisasi meninjau kembali asumsi tentang belajar dan bagaimana memfasilitasi belajar dalam bisnes berbasis pengetahuan
o SDM perlu mengkaji ulang praktek intinya untuk menjamin hal itu terkait dengan pendekatan manajemen pengetahuan organisasi
o SDM perlu mengkaji ulang kompetensi yang dimilikinya untuk menjamin telah cukup dikembangkan guna melengkapi mereka dengan peran dan tanggungjawab baru dalam era pengetahuan
Akhirnya SDM perlu mengembangkan inat, pemahaman dan keakhlian dalam menerapkan peralatan temasuk yang bersifat teknologi untuk membantu mereka mencapai tujuan manajemen pengetahuan strategis organisasi. Ini berarti bahwa SDM perlu melakukan investasi untuk perkembangan dirinya sendiri, dan kini waktunya telah tiba bagi SDM untuk menunjukan kapabilitas dan memerankan model prilaku yang dibutuhkan untuk survive dalam ekonomi pengetahuan.
3. Implikasi Manajemen Pengetahuan Bagi Dunia Pendidikan
Perubahan kehudupan masyarakat dalam berbagai bidangnya akibat globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang cepat memerlukan sikap adaptif sekaligus antisipatif. Mempersiapkan generasi muda bangsa yang berkualitas dan kompetitif jelas merupakan suatu keharusan agar mereka dapat menghadapi berbagai tantangan yang terjadi sebagai dampak dari perubahan tersbut. Untuk itu pendidikan nampaknya dapat menjadi salah satu cara mempersiapkannya, dengan pendidikan kualitas SDM dapat ditingkatkan, dengan pendidikan pengetahuan masyarakat dapat dikembangkan sehingga mampu meningkatkan kapabilitas dirinya dalam menjalankan kehidupannya pada saat ini dan dimasa datang.
Dengan demikian dapatlah difahami bahwa upaya membangun pendidikan pada setiap negara menjadi perhatian penting dengan kapabilitasnya masing-masing, yang jelas pendidikan diyakini sebagai upaya yang strategis dalam menghadapi ketatnya persaingan di era global. Pada dasarnya Pendidikan merupakan investasi dalam modal manusia (human Capital), dan modal manusia bisa dibentuk dan ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan, tanpa pendidikan adalah tidak mungkin modal manusia dapat berkembang..
Menurut Jac Fitz-enz (2000: xiii) dalam dunia bisnis Human capital merupakan kombinasi faktor-faktor berikut :
• The traits one brings to the job : intelligence, energy, a generally positive attitude, reliability, commitment.
• One’s ability to learn : aptitude, imagination, creativity, and what is often called “street smart”, savvy (or how to get things done)
• One’s motivation toshare information and knowledge team spirit and goal orientation
kutipan di atas menunjukan bahwa human capital merupakan kombinasi faktor-faktor yang sangat diperlukan dalam kehidupan social ekonomi masyarakat, sehingga apabila seseorang mempunyai faktor-faktor tersebut maka peranannya akan terus meningkat, dan inipun akan punya dampak ekonomi baik bagi individu maupun masyarakat, apalagi dalam konteks ekonomi yang berbasis pengetahuan.
Sementara itu menurut Mark L. Leengnick Hall (2003:45-46) yang mengutip beberapa pengertian, human capital diartikan sebagai berikut :
• Human capital is “the knowledge, skills, and capabilities of individual that have economic value to an organization (Bohlander, Snell, & Sherman, 2001)
• Human capital is “the collective value of an organization’s know-how. Human capital refers to the value, usually not reflected in accounting system, which results from the investment an organization must make to recreate the knowledge in its employees (Cortada & Woods, 1999)
• Human capital is ”all individual capabilities, the knowledge, skills, and experience of the company’s employees and managers” (Edvinsson & Malone, 1997)
Dari tiga pengertian di atas nampak sekali adanya kesamaan esensi yang menunjukan bahwa modal manusia itu merupakan sesuatu yang melekat dalam diri individu, dan hal inipun tidak berbeda dengan pengertian yang dikemukakan oleh Jac Fitz-entz. Disamping itu hal yang cukup menonjol dari definisi di atas adalah dimensi ekonomi yang menjadi acuan kebermanfaatannya.
Dengan memahami dua konsep tersebut yaitu pendidikan dan human capital dapatlah difahami bahwa kemampuan-kemampuan yang ada pada manusia (human capital) pada dasarnya adalah merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, pendidikan merupakan upaya untuk membentuk human capital yang berkualitas, dengan human capital yang berkualitas maka kehidupan ekonomi akan makin meningkat yang berarti ekonomi akan tumbuh dan berkembang sehingga pembangunan ekonomi dapat semakin cepat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas SDM makin diperkuat dengan kecenderungan yang terus berkembang tentang makin pentingnya posisi pengetahuan dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global dewasa ini. Berkembangnya manajemen pengetahuan dalam mengelola SDM menjadikan perlunya lembaga pendidikan melakukan antisipasi terhadapnya, hal ini didasarkan pada alasan-alasan berikut.
o Pendidikan/lembaga pendidikan bergerak dalam membina peserta didik untuk meningkatkan pengetahuannya yang dapat bermanfaat dan atau dimanfaatkan pemiliknya untuk menjalankan perannya di masyarakat.
o Oleh karena itu maka lembaga pendidikan harus mengelola pengetahuannya guna mencapai tujuan yang ditetapkan yang meninfkatkan kualitas SDM baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi kehidupan dirinya maupun masyarakat.
Dengan demikian disamping lembaga pendidikan perlu mengaplikasikan manajemen pengetahuan dimana pembelajaran menjadi hal yang penting di dalamnya, juga harus menjadikan peserta didiknya menjadi manusia pembelajar yang akan tetap mampu dalam menghadapi perubahan yang terus bergerak dengan cepat. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa pendidikan yang dilakukan di sekolah dalam arti transfer ilmu pengetahuan tidak akan memadai untuk menghadapi kecepatan perubahan, oleh karena itu peserta didik mesti dibina menjadi orang yang selalu belajar sehingga dapat terus adaptif dan antisipatif terhadap perubahan, sehingga perubahan yang terjadi dapat memberi manfaat bagi kehidupannya.
o Lembaga Pendidikan/Sekolah dan perubahan lingkungan Pendidikan
Tantangan yang dihadapi dunia pendidikan termasuk sekolah dalam era global dewasa ini makin menunjukan intensitas yang cepat dan kompleks, hal ini jelas akan berpengaruh besar pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kehidupan masyarakat dan bangsa-bangsa sekarang ini lebih mendasarkan pada pengetahuan atau masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society/knowledge society), masyarakat yang makin penuh persaingan yang berbasis keunggulan Sumberdaya manusia, semua ini jelas merupakan tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan termasuk organisasi sekolah. Adalah tidak mungkin menghadapi tantangan tersebut dengan menggunakan pola fikir masa lalu, tapi diperlukan pola baru dan kreatif dalam menghadapinya.
Sekarang ini kita/manusia hidup dalam suatu kondisi dimana kreativitas dan kepandaian menjadi kekuatan yang mendorong perubahan-perubahan dalam bidang kehidupan, keadaan ini jelas akan berimplikasi juga pada lembaga pendidikan seperti sekolah, respon yang sukses dimasa lalu dalam menghadapi berbagai tantangan tidak akan cukup, bahkan mungkin akan berakibat pada kemunduran sekolah/pendidikan, dalam kaitan ini pernyataan Andy Hargreaves (2003 : xvi), nampaknya perlu mendapat perhatian
“we live in a knowledge economy, a knowledge society. Knowledge economies are stimulated and driven by creativity and ingenuity. Knowledge society school have to create these qualities, otherwise their people their nations will be left behind…………… “Our school must therefore also foster the compassion, community and cosmopolitan identity that will offset the knowledge economy’s most destructive effects. The knowledge society also encompasses the public good. Our schools have to prepare young people for both of these“
dalam masyarakat pengetahuan, sekolah perlu mendesain organisasinya menjadi organisasi yang mampu menumbuhkan kreativitas dan kecerdasan jika tidak ingin ketinggalan. Proses pembelajaran di sekolah harus mampu mendidik para siswa menjadi orang-orang kreatif, dan ini hanya mungkin dilaksanakan bila organisasi sekolah itu sendiri menjadi organisasi pembelajar dimana seluruh anggota organisasi mampu meningkatkan kemampuan belajarnya dalam rangka meningkatkan kemampuan organisasi sekolah dalam menghadapi berbagai perubahan, bahkan perlu terus diupayakan lebih jauh agar organisasi sekolah dapat melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap perubahan yang mungkin terjadi, dan ini berarti pembelajaran adaptif perlu terus dibarengi dengan pembelajaran generatif yang merupakan ciri dari organisasi pembelajar.
Dengan demikian lembaga pendidikan tidak bisa lagi melakukan respon yang biasa dalam menghadapi kenyataan tersebut, ini berarti diperlukan komitmen bersama bahwa mendidik dan membelajarkan memerlukan kondisi organisasi yang juga mampu mensinergigan pengetahuan yang ada di dalamnya dan mengintegrasikannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, dan itu berarti lembaga pendidikan perlu menjadi Learning Organization.
Nama : Aris Yadie
Nim : 12096584
Kelas: 12.4J.07

Pasar Modal Wahana Investasi dan Alternatif Pembiayaan Perusahaan

Pasar modal atau capital market merupakan sebuah aktivitas sebagaimana pasar pada umumnya. Hanya saja dalam pasar modal aktivitas pertemuan antara para pemilik modal dan pihak yang membutuhkan modal, dengan perantaraan broker atau pialang efek. Pemilik modal adalah mereka atau pihak yang memiliki modal atau yang lazim disebut sebagian investor, sedangkan yang membutuhkan modal adalah perusahaan atau pihak yang akan menjual saham, obligasi atau instrumen pasar modal lainnya.
Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Karena pasar modal merupakan sebuah pasar dari instrumen keuangan jangka panjang, memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer/emiten).
Sebagai pertemuan pemilik modal dan pihak yang membutuhkan modal, praktis dana yang ada di pasar modal merupakan dana-dana yang dapat dikatakan sebagai dana murah. Dana tersebut menjadi murah, karena pemilik modal dalam sebuah aktivitas pasar modal dalam menyalurkan dana dengan menukarkan sebagian dana yang dimiliki dengan sejumlah saham. Praktis dengan membeli saham tersebut, si pemilik modal (investor) tidak mengenakan bunga terhadap modal yang diberikan kepada issuer/emiten. Dengan kata lain investor menjadi pemegang saham (pemilik dari perusahaan). Sebagai pemilik berarti investor menyetorkan dana yang sebanding dengan jumlah kepemilikan sahamnya. Karena sifatnya setoran modal, dengan demikian bagi perusahaan tersebut menjadi sangat murah, sebab tidak ada kewajiban mengembalikan dana yang telah disetor. Begitu juga dengan pengembalian dalam bentuk bunga, sama sekali tidak ada. Jadi dana yang diperoleh dari investor itu benar-benar murah, dan bisa optimal dikembangkan untuk menjalankan operasional perusahaan.Pengembalian kepada pemegang saham nantinya dalam bentuk dividen, atau meningkatknya harga saham atau yang biasa disebut dengan capital gain (selisih harga beli dengan harga jual).
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Dengan kata lain secara umum manfaat dari keberadaan pasar modal adalah:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi. Alternatif investasi memberikan potensi keuntungan dengan tingkat risiko yang dapat diperhitungkan.
3. Merupakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu negara.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional.
lInstrumen Pasar Moda
Pasar modal memiliki beragam produk yang bisa menjadi pilihan investasi bagi investor. Produk investasi yang kita kenal dewasa ini antara lain, saham, obligasi serta produk derivatifnya misalnya waran, right, option serta reksa dana. Masing-masing produk itu memiliki karakteristik investasi yang berbeda satu sama lainnya. Saham misalnya, merupakan bukti atau tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi, sekarang ini sistem tanpa warkat sudah mulai dilakukan Bursa Efek Indonesia dimana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa lembaran saham yang diberi nama pemiliknya tapi sudah berupa account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat. Jadi penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan mudah. Saham atau ekuitas merupakan surat berharga yang sudah banyak dikenal masyarakat.
Saham memiliki produk turunan seperti right dan waran. Produk turunan ini selalu menempel pada produk induknya. Misalnya hak membeli saham terlebih dulu atau yang biasa disebuat dengan right issue atau memperoleh hak membeli saham pada harga tertentu pada kurun waktu tertentu yang biasa disebut dengan waran. Sedangkan obligasi adalah surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan. Surat pengakuan hutang di pasar modal merupakan surat utang yang jatuh temponya lebih dari setahun, dan surat utang tersebut harus memperoleh rating atau pemeringkatan dari perusahaan peringkat yang ditunjuk.
Produk pasar modal lainnya adalah reksa dana. Reksa dana merupakan kontrak investasi kolektif yang dilakukan antara manajer investasi (pengelola investasi) dengan investor. Reksa dana merupakan sebuah unit investasi yang dibentuk dengan tujuan tertentu. Reksa dana berasal dari kosa kata reksa yang artinya jaga atau pelihara dan dana yang berarti uang atau kumpulan uang. Jadi, reksa dana bisa diartikan sebagai kumpulan dana yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan. Mengacu pada Undang-undang Nomor 8 tahun 1995, reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
Membeli reksa dana tidak ubahnya menabung. Bedanya surat tanda menabung tidak dapat diperjualbelikan, sebaliknya reksa dana bisa diperjualbelikan. Unit penyertaan yang bisa dijual kembali kepada manajer investasi disebut reksa dana terbuka (open end). Kebalikannya adalah reksa dana tertutup (close end), yakni reksa dana yang hanya bisa dijual kepada investor lain melalui pasar sekunder. Sebagian besar reksa dana yang ada sekarang ini berbentuk reksa dana terbuka. Dengan variasi produk investasi yang makin variatif ini menjadikan pasar modal sebagai sarana dan wahana investasi dari hari ke hari kian lengkap. Investor memiliki banyak pilihan produk yang bisa menjadi ajang investasinya yang tentunya disesuaikan dengan tujuan investasinya. Begitu juga bagi yang pihak membutuhkan modal (issuer), produk yang bisa dijual kepada investor bisa lebih variatif. Di samping saham, issuer atau emiten bisa menjual obligasi atau bisa juga kombinasi saham dengan obligasi atau obligasi dengan opsi tertentu.